Sebenernya apa sih tugasnya bapak2 berseragam "seperti tentara" di dalam Kereta Api? Mereka-kah yang disebut Polisi Khusus Kereta Api?
Mari bicara soal "oknum" (sebagaimana yang lebih disukai dan disepakati orang banyak) berseragam dengan caranya menjalankan "tugas"--kalau betul demikianlah tugasnya.
Saya penumpang kereta Serayu ekonomi. Karena keretanya penuh sesak dan sudah jam makan, maka saya memutuskan untuk makan di Kereta Makan--yang sesuai dengan apa yg dikatakan Pak Kondektur; gerbong tersebut diperuntukkan untuk makan dan minum penumpang: itu sebabnya di dalamnya disediakan kursi2 selain pantry dan dapur.
Saya pun membeli makanan dan makan sambil duduk di atas salah satu bangkunya. Setelah makanan saya habis, saya memesan teh manis, tapi petugas dapurnya berkata air panasnya belum ada. Saya pun menunggu sambil main games di ponsel. Tiba-tiba bapak berseragam itu datang dan bertanya: "Mau sampai kapan duduk di sini? Kalau sudah selesai makan silakan kembali ke gerbongnya karena ini bukan gerbong penumpang."
Meski sebal dengan caranya "mengusir" saya awalnya menjawab baik2 bahwa saya sedang menunggu air panas karena ingin memesan teh hangat.
Sepuluh menit kemudian, bapak berseragam dan berbaret itu kembali mendatangi saya dan bertanya dengan nada kesal:
"Sekarang apa lagi? Ayo balik ke gerbongnya sana!"
"Saya mau menghabiskan teh saya!"
"Sampai kapan mau di sini! Ini bukan gerbong untuk penumpang!"
Saya terkesiap. Sebegitunya bapak berseragam ini memperlakukan saya.
"Mengapa bapak harus sesewot itu? Saya kan bukan penumpang gelap dan saya membeli tiket, saya juga membeli makanan dan minumannya, dan ini kereta makan. Saya punya Hak makan minum di sini."
Bapak itu tidak menjawab keberatan saya, malah langsung mengancam dengan mata melotot, seolah saya baru saja muntah tepat di hidungnya:
"Oh, kamu ngeyel! Saya kasih kamu 10 menit, kalau belum kembali ke sana saya turunkan di stasiun berikutnya, ya!"
Saya lebih dari terkejut dan marah; saya langsung sedih. Bapak itu tidak hanya sempat mengusir, tapi juga mengancam penumpang!
Sempat terpikir saya akan sengaja duduk diam di situ menyesap teh saya lebih lama dari seharusnya, agar sungguh2 diusir turun seperti ancamannya, dan saya akan menuntut pt.KAI.
Tapi kemudian saya memikirkan apa yg ada di kepala bapak berseragam dan berbaret itu. Pasti hidupnya sedemikian menyedihkan sehingga dia tidak bisa melihat logika: bahwa saya penumpang yg tidak melakukan pelanggaran apapun (makan di Kereta Makan--saya tidak tidur sama sekali) dan bahwa sikap feodal dan sok berkuasanya hanya membuat saya merasa sedih: betapa sempitnya cara bapak berpikir. Apakah karena keretanya ini ekonomi, dimana penumpangnya membayar lebih murah dari penumpang kelas bisnis ataupun eksekutif, sehingga dia berpikir penumpang kelas ekonomi pantas dia perlakukan begitu?
(saya melihat dia juga mengusir dan membentaki anak2 muda yang menyambung acara makan dengan main kartu di Kereta Makan itu).
Saya bukan tanpa alasan berkata begitu: karena saya pernah menjadi penumpang kelas eksekutif dan makan di Kereta Makan dan bapak2 berseragam-nya tidak bersikap sekasar itu, bahkan cenderung teramat sangat ramah.
Apakah itu protap mereka? Bahwa kepada penumpang kelas ekonomi mereka boleh bersikap se-feodal itu?
Kalau iya;
So much for your "melayani lebih baik" PT. KAI!!
Saya sedih ketika upaya saya menjernihkan soal "Kereta Makan" itu malah ditingkahi dengan kalimat ini dari mulut Bapak berseragam dan berbaret itu: "Siapa yg lebih tahu kamu atau saya?!! Ini kereta untuk kru! Bukan untuk penumpang!"
Yaa Tuhan...
Ini terjadi dimana2, orang yang nggak ngerti dan nggak tahu, di"persenjatai" seragam, baret, atau apapun yg artifisial, akan membuat banyak kerusakan yang menyedihkan!
Sempat terpikir memberi efek jera pada bapak itu dengan memperkarakan soal ini, tapi saya lalu berpikir: dengan pola pikir sepicik yg dimiliki bapak itu, apa yg akan terjadi atau yg bisa dilakukan lagi olehnya kalau sampai dia kehilangan pekerjaan... Bagaimana dengan anak istrinya...
Saya bisa menyalahkan siapa? Saya tidak tega menyalahkannya. Tapi please bapak "oknum" yang berseragam dan berbaret; berubahlah... Bapak sedang bekerja pada satu usaha jasa pelayanan; bapak menodai professionalitas mereka dengan sikap feodal bapak, bapak harus banyak baca... Bapak harus bisa bersikap lebih baik, menggunakan nalar, dan berupaya memanusiakan manusia; tanpa melihat kelas duduknya, harga tiket, atau apapun.
Saya sudah tidak mampu menyalahkan siapapun; orang seperti bapak dengan cara berpikir sepicik bapak banyak di negri ini. Seragam dan simbol2 malah memperburuk kepicikan bapak ternyata. Wake up, Pak!
kiriman mbak : Atta Verin